Jumat, 08 Juni 2012

Makalah Pengembangan Pusat Sumber Belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pusat Sumber Belajar (PSB) merupakan pemusatan secara terpadu berbagai sumber belajar yang meliputi orang, bahan, peralatan, fasilitas lingkungan, tujuan dan proses. Secara umum PSB berisi komponen-komponen perpustakaan, pelayanan audio-visual, peralatan dan produksi, tempat berlatih mengembangkan kegiatan program instruksional dan tempat mengembangkan alat-alat bantu dalam pengembangan sistem instruksional. PSB juga merupakan tempat bagi tenaga kependidikan untuk mengembangkan bahan-bahan pengajaran dengan bantuan multimedia pendidikan terpadu yang terdiri atass unsur-unsur perpustakaan, workshop, audio-visual dan laboratorium (Zainuddin : 1984). Dalam kenyatannya, PSB yang ideal masih sulit ditemui, terlebih di kota-kota kecil, bahkan PSB inipun masih langka ditemukan pada lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia. Sumber belajar yang jelas dapat dilihat masih dalam bentuk perpustakaan yang pada dasarnya merupakan salah satu komponen Pusat Sumber Belajar itu sendiri. Namun demikian pengelolaan dan organisasi yang baik akan memberikan tujuan-tujuan lembaga yang optimal pula. Sebagaimana suatu lembaga, PSB perlu dikembangkan dan dikelola dengan baik agar para pengguna sumber belajar dapat menemukan informasi dan sumber-sumber yang diperlukan terutama dalam kaitannya dengan kebutuhan instruksional. Selain itu pengembangan PSB akan memudahkan pelaksanaan sirkulasi pelayanan bahan dan media belajar yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran tertentu. B. Rumusan Masalah Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud dengan Pengembangan Pusat Sumber Belajar? 2. Bagaimana mengembangkan Pusat Sumber Belajar? 3. Apa Pentingya Pengembangan Pusat Sumber Belajar? 4. Apa Kegiatan Pusat Sumber Belajar dalam menunjang kegiatan pembelajaran C. Tujuan Pembahasan Tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan dan menjelaskan pengertian Pengembangan Pusat Sumber Belajar? 2. Mendeskripsikan dan menjelaskan bagaimana mengembangkan Pusat Sumber Belajar? 3. Mendeskripsikan dan menjelaskan pentingya Pengembangan Pusat Sumber Belajar? 4. Mendeskripsikan dan menjelaskan Kegiatan Pusat Sumber Belajar dalam menunjang kegiatan pembelajaran D. Manfaat Pembahasan Manfaat dari pembahasan makalah ini adalah makalah ini diharapkan mampu memberikan manfaat secara teoretis dan praktis. Secara teoretis, hasil makalah ini bermanfaat pada kajian teknologi instruksional danpengembngan sumber belajar. Secara praktis, makalah ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi pembaca khususnya para pendidik dalam mengetahui apa dan bagaimana pengembangan dan fungsi pengembangan Pusat Sumber Belajar. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Pengembangan Pusat Sumber Belajar Pengembangan adalah proses penerjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik (Seels dan Richey,1994). Hal tersebut mencakup berbagai variasi teknologi yang digunakan dalam pembelajaran dan tidak hanya terdiri dari perangkat keras melainkan juga perangkat lunaknya. Upaya pengembangan media pembelajaran harus dilengkapi dengan kajian teori yang mendukung. Hal tersebut dikarenakan kegiatan yang berkesinambungan dengan pengembangan bersifat menghasilkan suatu rancangan ataupun produk yang dapat dipakai untuk memecahkan masalah belajar. Kegiatan pengembangan ini ditekankan pada pemanfaatan teori-teori, konsep-konsep, prinsip-prinsip, atau temuan-temuan penelitian untuk memecahkan masalah. Berdasarkan hal tersebut, maka akan dikaji lebih lanjut konsep teori yang akan melandasi penelitian pengembangan ini. Oleh karena itu, pengembang dalam melakukan penelitian pengembangan akan tetap berdasarkan penekanan pada pemanfaatan secara teoritik, konseptual, prinsip - prinsip maupun penyelesaian dalam masalah belajar. Teknologi Pendidikan merupakan ilmu sosial yang berkembang berdasarkan kebutuhan. Teknologi Pendidikan memiliki langkah- langkah, proses yang kompleks dan terpadu sehingga berfungsi untuk menganalisis masalah, kemudian mencari metode pemecahan masalah belajar tersebut. Bentuk pemecahan masalah belajar tersebut adalah malalui sumber belajar yang didesain yaitu sumber-sumber yang secara khusus dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional. Pada saat ini ketersedian media pembelajaran di berbagai sekolah masih kurang dan belum merata. Ada sekolah yang mampu menyediakan beragam media pembelajaran dalam jumlah yang relatif banyak, ada juga yang masih belum memiliki ragam dan jumlah media pemmbelajaran yang diperlukan. Hal ini menyebabkan ragam dan jumlah media yang digunakanpun beragam. Sementara itu, media sederhana yang tetap banyak dimanfaatkan adalah papan tulis. Media audio visual (overhead transprancy, video,/ film, kaset audio, siaran TV/Radio),dan media elektronik (komputer,internet) masih belum secara intensif dimanfaatkan, meskipun dibeberapa tempat sudah mulai digunakan. Pada kondisi dimana ragam dan jumlah media pembelajaran yang tersedia masih sangat kurang, maka perlu dilakukan pengembangan dan produksi media pembelajaran secara bertahap oleh pendidik sendiri, berkelompok, dan melibatkan pihak lain (internal maupun eksternal) peserta didik, pengelola pendidikan, industri, masyarakat, agen donor, dan sebagainya. Tetapi, mayoritas pendidik tidak mengembangkan media dengan berbagai alasan. Pengelolaan alat bantu pembelajaran sudah sangat dibutuhkan. Bahkan pertumbuhan ini bersifat gradual. Metamorfosis dari perpustakaan yang menekankan pada penyediaan meda cetak, menjadi penyediaan-permintaan dan pemberian layanan secara multi-sensori dari beragamnya kemampuan individu untuk mencerap informasi, menjadikan pelayanan yang diberikan mutlak wajib bervariatif dan secara luas. Selain itu,dengan semakin meluasnya kemajuan di bidang komunikasi dan teknologi, serta diketemukannya dinamika proses belajar, maka pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pengajaran semakin menuntut dan memperoleh media pendidikan yang bervariasi secara luas pula. AECT (Associationfor Educational Communication and Technology) membedakan enam jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses belajar, yaitu : 1. Pesan, merupakan sumber belajar yang di dalamnya mencakup kurikulum (GBPP) dan mata pelajaran. 2. Orang, merupakan sumber belajar yang di dalamnya mencakup guru, orang tua, tenaga ahli dan sebagainya. 3. Bahan, merupakan sumber belajar berupa suatu format yang digunakan untuk menyimpan pesan pembelajaran, seperti buku, modul, program video, film, program slide dan sebagainya. 4. Alat, merupakan sumber belajar berupa sarana yang digunakan untuk menyajikan bahan-bahan. 5. Teknik, merupakan sumber belajar berupa cara yang digunakan seseorang untuk melakukan pembelajaran. 6. Latar , merupakan sumber belajar yang di dalamnya termasuk pengaturan ruang , pencahayaan dan sebagainya. Secara umum media mempunyai fungsi untuk : 1. Pembelajaran dapat lebih menarik; 2. Pembelajaran menjadi lebih interaktif; 3. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan; 4. Sikap positif siswa terhadap pembelajaran dapat ditingkatkan; dan 5. Peran guru berubah kearah yang positif; B. Pengembangan Pusat Sumber Belajar. Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam mengembangkan Pusat Sumber Belajar sebagai berikut: 1. Analisis Kebutuhan Pada tahap analisis kebutuhan ini, akan dibahas beberapa hal antara lain:Kompetensi apa yang akan dicapai melalui pemanfaatan multimedia pembelajaran ini. Berdasarkan kompetensi dan subkompetensi tersebut akan ditetapkan materi apa yang akan dibuat, bagaimana urutan penyajian materi tersebut, serta siap yang bertanggung jawab terhadap materi tersebut. 2. Perancangan Setelah Analisis kebutuhan Modul dengan Output daftar materi modul, maka dilanjutkan pada tahap perancangan modul. Perancangan ini akan menghasilkan Naskah StoryBoard Multimedia Pembelajaran yang menjadi panduan atau pedoman bagi ahli komputer grafis dan programmer untuk mewujudkan produk multimedia pembelajaran. Naskah Storyboard Multimedia akan memberikan sistematika urutan tampilan, deskripsi tampilan visual dan narasi, serta evaluasinya. 3. Produksi Pada tahap ini kegiatan produksi sesuai panduan dalam Naskah Storyboard Multimedia dibuat. Proses ini banyak melibatkan komputer grafis, audio/video, dan programmer yang berkolaborasi untuk menghasilkan produk MultimediaPembelajaran yang bersifat edutainment. Proses permintaan persetujuan atau pengesahan terhadap kesesuaian materi modul dengan animasi multimedia selalu dilakukan untuk mendapatkan masukanyang komprehensif dan obyektif. 4. Ujicoba Tahap ini merupakan proses menggunakan modul dalam lingkup yang terbatas. Bertujuan untuk mengetahui apakah modul tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan, sehingga didapat masukan untuk penyempurnaan modul. 5. Revisi dan Finalisasi Revisi merupakan kegiatan perbaikan Multimedia Pembelajaran setelah memperoleh masukan dari kegiatan ujicoba. Tahap ini juga merupakan penyempunaan akhir (finalisasi) yang bersifat komprehensif. Output tahap ini adalah File Master yang siap diproduksi atau digandakan. 6. Produksi Massal Akhir dari proses pengembangan modul pembelajaran ini adalah produksi massal. Output yang telah dihasilkan. Dilanjutkan kegiatan distribusi pada konsumen yang telah dipetakan di tahap analisis kebutuhan modul. C. Pentingya Pengembangan PSB Pengembangan Pusat Sumber Belajar sangat penting artinya untuk mengatasi kekurangan dan keterbatasan persedian media yang ada. Di samping itu, media yang dikembangkan sendiri oleh guru/pendidik dapat menghindari ketidak-tepatan (mismatch) karena dirancang sesuai kebutuhan, potensi sumber daya dan kondisi lingkungan masing-masing. Lebih dari itu, juga dapat meningkatkan kreativitas dan kemampuan inovasi para pendidik sehingga dihasilkan profesionalitas pendidik.Dalam pengembangan media pembelajaran kita harus mengetahui prinsip –prinsip dasar agar tidak terjadi kerancuan atau membuat pendidik dan para pengajar menjadi kebingungan . Pusat Sumber Belajar berfungsi melakukan pengadaan, pengembangan, produksi, pelatihan dan pelayanan dalam pemanfaatan sumber belajar (terutama bahan dan alat) untuk kegiatan pendidikan dan pembelajaran dibandingkan dengan perpustakaan yang hanya berfungsi melakukan pengadaan dan pelayanan pemanfaatan sumber belajar dalam rangka kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Dengan demikian perpustakaan mempunyai fungsi yang lebih sempit jika dibandingkan dengan fungsi Pusat Sumber Belajar, karena hanya melaksanakan sebagian saja fungsi yang dilaksanakan oleh Pusat Sumber Belajar. D. Strategi dan teknis pengelolaan Pusat Sumber Belajar Pengelolaan Pusat Sumber Belajar adalah kegiatan yang berkaitan dengan pengadaan, pengembangan/produksi, pemanfaatan sumber belajar (terutama bahan dan alat) untuk kegiatan pendidikan dan pembeljaran. Kegiatan pengelolaan sumber belajar tersebut dilaksanakan oleh suatu bagian dalam lembaga pendidikan / sekolah yang disebut Pusat Sumber Belajar. Kegiatan Pusat Sumber Belajar yang perlu dikelola dalam menunjang kegiatan pembelajaran. 1.Kegiatan pengadaan bahan belajar Kegiatan pengadaan adalah upaya untuk memperoleh bahan belajar, berupa bahan cetakan (buku, modul). bahan audio (kaset audio, CD, tape, dan lain-lain), bahan video (kaset video, VCD) yang dapat digunakan untuk pembelajaran. Bahan-bahan tersebut dapat dibeli di toko buku atau lembaga produksi media yang bersifat swasta yang memproduksi media dan menjual ke umum untuk memperoleh profit atau keuntungan. Daapat juga bahan belajar diperoleh dari hibah (pemberian/sumbangan) dari individu atau lembaga-lembaga yang berminat membantu lembaga pendidikan dengan menyerahkan secara uma-Cuma bahan belajar yang bermanfaat untuk penyelenggaraan kegiatan pembelajaran di lembaga pendidikan tersebut Terdapat satu unit kerja di Departemen Pendidikan Nasional yang bernama Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi Pendidikan Nasional Departemen Pendidikan Nasional (dulu bernama Pustekkom Depdikbud singkatan Pusat Teknologi Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan) yang mempunyai fungsi untuk memproduksi dan mengembangkan berbagai media pembelajaran. Media yang diproduksi dan dikembangkan Pustekkom sebenarnya merupakan sumber belajar yang dirancang (by design), karena dikembangkan berdasarkan kurikulum sekolah yang berlaku saat itu, namun saat ini tercantum dalam Standar Isi sebagai dasar untuk mengembangkan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Dengan demikian Pustekkom mempunyai peranan untuk membantu meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia melalui penggunaan media pembelajaran oleh para guru dalam proses belajar dan pembelajaran. Hal ini disebabkan karena media pembelajaran merupakan sumber belajar yang memang dirancang untuk kegiatan pembelajaran. Materi pembelajaran yang terdapat dalam media pembelajaran dapat memberikan kejelasan kepada murid atas materi pelajaran. Guru dengan demikian tidak lagi sibuk hanya bertindak sebagai sumber belajar utama untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa, yang sering sulit dipahami oleh siswa karena sangat bersifat abstrak, dan akibatnya guru kurang mempunyai waktu untuk memberikan bimbingan secara individual kepada murid yang memerlukan. Karena itu media pembelajaran yang dikembangkan dan diproduksi Pestekkom dapat dijadikan salah satu alternatif atau pilihan untuk dikoleksi Pusat Sumber Belajar dengan cara “membeli” atau lebih tepat “mengganti ongkos produksi” dengan mengkopi media yang diinginkan/diperlukan. Media pembelajaran produksi Pestekkom yang diinginkan untuk dikoleksi Pusat Sumber Belajar Sekolah dapat dipelajari pada daftar media yang terdapat dalam buku direktori media pembelajaran produksi Pustekkom yang dikeluarkan oleh Pustekkom. 2. Kegiatan produksi (pengembangan) media pembelajaran Kegiatan produksi amat penting dan sangat diperlukan dilakukan oleh Pusat Sumber Belajar karena seperti telah dijelaskan di atas Pusat Sumber Belajar harus mempunyai koleksi bahan/media pembelajaran yang memadai untuk menunjang kegiatan diklat yang dilaksanakan, baik berupa bahan cetak maupun non cetak seperti bahan video, bahan audio, bahan belajar berbantuan computer, dan sebagainya. Selama ini bahan belajar cetakan (printed materials) seperti buku, ensiklopedia, jurnal, hand-outs, diktat, dan sebagainya merupakan sumber belajar bahan yang paling dominan peranannya dalam kegiatan pembelajaran. Perpustakaan selama ini telah menunjukkan peran yang cukup efektif dalam melaksanakan fungsi ini. Namun bahan cetakan yang lain seperti modul, pengajaran terprogram yang mampu berkomunikasi dengan peserta belajar, dan bahan bahan belajar lainnya yang bersifat non-cetak seperti kaset rekaman audio, kaset rekaman video, VCD, slide suara, filmstrip, film, bahan berbasis komputer, dan sebagainya perlu dikembangkan atau diproduksi sendiri oleh Pusat Sumber Belajar, sehingga bahan-bahan belajar yang ada di diklat (PSB) dapat digunakan untuk menunjang kegiatan pendidikan dan pembelajaran Satu hal yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan kegiatan produksi dan pengembangan bahan atau media pembelajaran ini adalah walaupun kita sudah dapat menggunakan komputer pribadi (PC) untuk membuat transparansi maupun gambar-gambar grafis yang menarik, namun masih tetap diperlukan keterampilan dalam membuat bahan-bahan belajar yang murah (inexpensive materials) melalui penggunaan “letter guide” untuk menulis caption, membuat program animasi yang menarik, menempelkan gambar visual (mounting), memotret (still pictures), dan sebagainya. Kegiatan produksi (pengembangan) media amat penting untuk dilakukan oleh Pusat Sumber Belajar karena seperti telah dijelaskan di atas Pusat Sumber Belajar harus mempunyai koleksi bahan/media pembelajaran yang memadai untuk menunjang kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah/madrasah. Di atas telah dijelaskan bahwa untuk mempunyai koleksi sejumlah bahan (sumber) belajar untuk membantu pelaksanaan proses pembelajaran Pusat Sumber Belajar memperolehnya dengan jalan membeli bahan belajar di took bukua, lembaga produksi media swasta, dan sebagainya. Selama ini Perpustakaan berperan cukup efektif dalam melaksanakan fungsi penyediaan bahan belajar cetakan (printed materials) seperti buku pelajaran, buku teks, kamus, ensiklopedia, hand-outs, diktat, dan sebagainya sebagai sumber (bahan) belajar yang paling dominan peranannya dalam kegiatan pembelajaran. Namun bahan cetakan yang lain seperti modul, pengajaran terprogram sebagai media pembelajaran yang mampu berkomunikasi (berinteraksi) dengan peserta belajar, dan bahan bahan belajar lainnya yang bersifat non-cetak seperti kaset (rekaman) audio, kaset (rekaman) video, VCD, slide suara, filmstrip, film, bahan berbasis komputer, dan sebagainya perlu dikembangkan atau diproduksi sendiri oleh Pusat Sumber Belajar, sehingga bahan-bahan belajar yang ada di PSB dapat digunakan untuk menunjang kegiatan pembelajaran secara optimal. Agar mampu memproduksi bahan belajar yang diperlukan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di sekolah baik yang bersifat “instructor dependent instruction” maupun “instructor independent instruction” sudah pasti diperlukan SDM di dalam merancang, memproduksi dan mengembangkan media pembelajaran. Selain itu juga diperlukan seperangkat sarana dan peralatan produksi yang memadai untuk memproduksi berbagai jenis media pembelajaran yang diperlukan. Dana atau anggaran yang tidak kecil diperlukan untuk melaksanakan kegiatan produksi media pembelajaran yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran Untuk itu PSB memerlukan sarana produksi seperti alat-alat grafis (misalnya berbagai jenis alat menulis/lettering guide, alat laminating, heat mounting press, dll, alat fotografi, audiorecording, videorecording, dsb). Tentu saja sarana produksi yang akan di-install di PSB tergantung pada banyak factor, termasuk jenis media pembelajaran yang akan dikembangkan (diproduksi) dan jumlah dana yang tersedia. 3. Kegiatan pelayanan media pembelajaran Kegiatan pelayanan adalah fungsi yang langsung berhubungan dengan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh Pusat Sumber Belajar karena keberadaan PSB dengan semua personel dan sarana serta peralatannya adalah dimaksudkan untuk memberikan pelayanan berupa pemanfaatan berbagai jenis bahan dan media belajar untuk menunjang kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Pelayanan yang diberikan dalam kaitan ini sesungguhnya sama dengan pelayanan yang diberikan oleh perpustakaan di dalam membantu guru dan peserta belajar/siswa berupa peminjaman bahan-bahan cetakan untuk memudahkan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Bahan-bahan yang dikoleksi Pusat Sumber Belajar yang dimanfaatkan baik oleh guru maupun peserta belajar dapat dibeli di tempat-tempat yang menjual bahan atau media yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran di sekolah/madrasah misalnya toko buku, toko VCD dan atau kaset rekaman audio/video, atau dapat diperoleh melalui hibah dari lembaga-lembaga yang ada hubungannya dengan pendidikan/sekolah/madrasah seperti departemen, kedutaan luar negeri, dan sebagainya. Dalam jangka panjang tentunya PSB sendiri harus makin bertumbuh sehingga mempunyai kemampuan sendiri untuk memproduksi berbagai jenis media dan bahan belajar yang benar-benar dibutuhkan sesuai dengan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Untuk memudahkan pelaksanaan sirkulasi pelayanan bahan dan media belajar yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran tertentu, perlu mengklasifikasi bahan-bahan yang sudah berhasil diproduksi dan kemudian memberikan “entry number” untuk setiap bahan yang disimpan. Kita dapat menggunakan klasifikasi Desimal Dewey (DDC atau Dewey Decimal Classification) sebagai yang digunakan untuk mengklasifikasi buku-buku yang ada di perpustakaan. 4. Kegiatan pelatihan media pembelajaran. Fungsi pelatihan adalah fungsi keempat Pusat Sumber Belajar yang ditujukan untuk membantu pihak lain di luar sekolah/madrasah sendiri yang memerlukan pengetahuan dan keterampilan dalam memproduksi dan mengembangkan bahan belajar./ media pembelajaran. Fungsi ini tentu saja baru dapat dikerjakan bila PSB sudah bertumbuh dan berkembang sedemikian rupa sehingga memiliki SDM yang memadai dalam produksi dan pengembangan media pembelajaran serta peralatan dan sarana yang memadai untuk mendukung kegiatan produksi dan pengembangan berbagai media pembelajaran. BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan Pusat Sumber Belajar (PSB) merupakan pemusatan secara terpadu berbagai sumber belajar yang meliputi orang, bahan, peralatan, fasilitas lingkungan, tujuan dan proses. PSB berisi komponen-komponen perpustakaan, pelayanan audio-visual, peralatan dan produksi, tempat berlatih mengembangkan kegiatan program instruksional dan tempat mengembangkan alat-alat bantu dalam pengembangan sistem instruksional. Pengembangan PSB menekankan pemanfaatan teori-teori, konsep-konsep, prinsip-prinsip, atau temuan-temuan penelitian untuk memecahkan masalah. Berdasarkan hal tersebut, maka akan dikaji lebih lanjut konsep teori yang akan melandasi penelitian pengembangan ini. Pengembangan Pusat Sumber Belajar mengikuti langkah-lngkah sebagai berikut: analisis kebutuhan, perancangan, produksi, ujicoba, dan produksi massal. Pengembangan Pusat Sumber Belajar sangat penting artinya untuk mengatasi kekurangan dan keterbatasan persedian media yang ada. Hal ini ditempu dengan melakukan pengadaan, pengembangan, produksi, pelatihan dan pelayanan dalam pemanfaatan sumber belajar. 2. Saran 1. Pusat Sumber Belajar PSB perlu memiliki tenaga (SDM) yang berkaitan dengan produksi dan pengembangan media pembelajaran. 2. Para pendidik diharapkan supaya meningkatkan pemahaman mengenai proses pengembangan PSB. 3. Para pendidik agar lebih baik lagi menempatkan diri dalam melakukan kegiatan-kegiatan pengembangan PSB guna meningkatkan kualitas pembelajaran DAFTAR PUSTAKA Association for Educational Comunication Technology (AECT), (1986) “Definisi Teknologi Pendidikan” (Penerjemah Yusufhadi Miarso), Jakarta: C.V. Rajawali. Barbara B.Sells & Rita C.Richey. 1994. Teknologi Pembelajara, Definisi dan Kawasannya. AECT Heinich, R., M. Molenda, J.D. Russell, dan S.E Smaldino, Instructional Media and Technologies for Learning. Englewood Cliffs, New Jersey: Merril-an imprint of Prentice Hall, 1996 http://www.gudangmateri.com/2011/04/pengembangan-pusat-sumber-belajar-di.html. http://elearning.unesa.ac.id/myblog/alim-sumarno/langkah-langkah-pemilihan-media

Sabtu, 26 Mei 2012

Hand out PKn


BUDAYA POLITIK DI INDONESIA

A.    TUJUAN
Menganalisis budaya politik di Indonesia

B.     DESKRIPSI MATERI
1.      Budaya politik berasal dari dua kata yaitu budaya dan politik. Kata budaya sering diartikan sebagai hasil karya atau hasil cipta manusia yang bermanfaat bagi kehdupan manusia, terutama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya agar manusia dapat sejahtera hidupnya. Budaya yang diciptakan manusia sudah barang tentu mwengandung nilai-nilai yang diyakini keberadaannya, kebaikanya dan sungguh-sungguh bermanfaat bagi kehidupannnya, bahkan budaya sekaligus dapat dijadikan sebagai ukuran atau criteria tinggi trendahnya derajat, martabat dan kedudukan manusia  dalam hubungan antara manusia,  masyarakat, atau segala bangsa. Makin tinggi budayanya makin besar pula kedudukan bangsa itu.
2.      Sedangkan politik dapat diartikan sebagai bermacam-macam kegiatan dalam suatu negara yang menyangkut proses penentuan tujuan  serta pelaksanaan tujuan dari negara tersebut. Penentuan tujuan berarti  pengambilan keputusan untuk memilih  di antara berbagai alternatif serta penentuan skala prioritas.
3.      Dengan demikian budaya politik adalah pola tingkah laku individu dan orientasinya terhadap kehidupan politik yang dihayati oleh para anggota suatu sistem politik. Budaya politik dapat pula diartikan sebagai seperangkat sikap, kepercayaan, dan perasaan warga negara terhadap sistem politik dan simbol-simbol yang dimilikinya.
4.      Budaya politik  dapat dikembangkan melalui keluarga, sekolah, partai politik.  Tipe budaya politik di Indonesia yang perlu diterapkan adalah budaya politik partisipatif di mana masyarakat berperan secara aktif dalam politik yang berkembang dalam masyarakat.partisipasi yang dimaksudkan harus bersifat unggul, positif, kreatif-korektif-konstruktif- dan realistik.



C.     PERTANYAAN/TUGAS
1.      Berikan tanggapan, penjelasan, mengapa sebagai warga negara dirasakan penting untuk memahami “budaya politik” dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara!
2.      Rumuskan kembali pemahaman tentang tipe-tipe budaya politik baik berdasarkan sikap yang ditunjukkan, orientasi politiknya maupun gaya berpolitiknya
3.      Berikan penjelasan mengenai budaya politik yang memiliki sikap mental  absolut !
4.      Jelaskan dengan alasan,  mengapa di dalam masyarakat terdapat budaya politik campuran parokial – partisipan !
5.      Jelaskan alasanmu mengapa budaya politik partisipan sebagai budaya politik unggul

D.    REFERENSI
1.      Budianto, 2008. Pendidikan Kewarganegaraan SMA kelas 2 . Jakarta : Erlangga
2.      Budiarjo, Miriam, 1998. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta : PT. Gramedia
3.      Karim, Abdul. 2000.  Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMU kelas 1 dan2.  Bandung : Ganeca Exact
4.      Politik Politik dan Pembangunan Ekonomi. Jakarta: LP3ES.



BUDAYA DEMOKRASI MENUJU MASYARAKAT MADANI

A.    TUJUAN
Menganalisi budaya demokrasi menuju masyarakat madani

B.     DESKRIPSI SINGKAT
1.      Demokrasi berasal dari bahasa Yunani, demos  dan   kratos.  Demos artinya rakyat, kratos artinya pemerintahan. Jadi demokrasi berarti pemerintahan yang rakyatnya memegang peranan yang sangat menentukan. Sejalan dengan pengertian itu, definisi demokrasi sebagai bentuk pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat. Istilah dari rakyat menunjukkan bahwa apa yang dillakukan oleh pemerintah harus sesuai dengan kehendak rakyat. Pemerintahan oleh rakyat berarti rakyat itu sendirilah yang memerintah negaranya secara langsung atau tidak langsung. Pemerintahan langsung oleh rakyat terjadi di Athena, Yunani. Sedangkan pemerintahan tidak langsung adalah pemerintahan yang dilakukan oleh rakyat dengan perantaraan wakil-wakilnya. Sistem ini disebut demokrasi perwakilan. Rakyat tidak memerintah secara langsung, tetapi rakyat memilih wakil-wakilnya dalam suatu pemilihan.
2.      Macam-macam demokrasi.
Berdasarkan Penyaluran kehendak rakyat demokrasi terdiri dari demokrasi langsung dan tidak langsung.
Atas dasar prinsip ideologi demokrasi terdiri dari demokrasi liberal, demokrasi rakyat, dan demokrasi Pancasila.
Berdasarkan titik perhatinnya demokrasi  terdiri dari demokrasi formal, material, dan gabungan ( Negara-negara non Blok).
Berdasarkan pemilihan demokrasi modern yaitu liberal, terpimpin, sosial, partisipasi dan konstitusional.
3.      Demokrasi merupakan suatu sikap yang perlu diamalkan dalam proses menuju msyarakat madani (civil society). Masyarakat madani memiliki karakteristik sabagai berikut : lahir secara mandiri, memiliki  free public sphere, berekeadilan, toleransi, dan pluralisme.
4.      Dalam perjalanan sejarah demokrasi di Indonesia berlangsung dari tahap ke tahap seperti demokrasi liberal, terpimpin, orde baru dan reformasi. Setiap orde demokrasi, Negara RI mengamalkan demokrasi sesuai dengan maksud dan tujuan demokrasi itu, namun dalam setiap tahap demokrasi banyak peyimpangan yang dilaksanakan dalam pemerintahan. Pelaksanaan demokrasi di Indonesia sering berntentangan dengan ideologi Pancasila dan prinsip-prinsip demokrasi secara universal.

1.      PERTANYAAN/TUGAS
1.      Tuliskan perilaku yang mencerminkan budaya demokrasi
2.      Penerapan demokrasi di  Indonesia pernah mengalami pasangg surut. Berikan penjelasan singkat pelaksanaan demokrasi di Indonseisansampai sekarang ini
3.      Bagaimana pelaksanaan demokrasi Pancasila  pada masa reformasi?
4.      Jelaskan penyimpangan yang terjadi pada demokrasi terpimpin
5.      Mengapa Indonesia menggunakan demokrasi Pancasila.

C.     REFERENSI
1.      Budianto. 2008. Pendidikan  Kewarganegaraan SMA kelas 2.Jakarta: Erlangga
2.      Hikam, AS. 1996. Demokrasi dan Civil Society.
3.      Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education): Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani, Jakarta: Prenada Media
4.      Suteng, Bambang, Saptono, Wasitohadi, dan Mawardi.2008. Jakarta: PT Erlangga



KETERBUKAAN DAN KEADILAN
 DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA


A.    TUJUAN
Menampilkan sikap keterbukaan dan keadilan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

B.     DESKRIPSI MATERI
1.      Istilah keterbukaan atau transparansi  berasal dari kata terbuka atau transpparan. Istilah tersebut berasal dari bahasa Inggris  transparent  yang secara harafiah berari nyata, jelas, mudah dipahami, tidak ada kekeliruan, tidak ada kesangsian, atau keragu-raguan. Istilah keterbukaan menunjuk pada tindakan yang memungkinkan suatu persoalan menjadi jelas, mudah dipahami, dan tidak disangksikan lagi kebenarannya. Dalam kaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan, berarti ketersediaan pemerintah untuk senantiasa memberikan informasi faktual mengenai berbagai hal yang berkenaan dengan proses penyelenggaraan pemerintahan. Keterbukaan menjadi suatu kondisi yang memungkinkan partisipasi masyarakat dalam kehiduan bernegara. Sedangkan ketertutupan tidak memungkinkan partisipasi masyarakat. Keterbukaan adalah suatu kesadaran untuk memaparkan suatu hal tanpa rahasia. Keterbukaan pada tahap ini memungkinkan masyarakat mempersiapkan diri untuk menghadapinya, membantu usulan alternatif lain atau menolaknya.
2.      Keterbukaan meiliki ciri-ciri sebagai berikut: mudah mendapatkan informasi dan pengetahuan, mempererat persaudaraan, memperkuat kesatuan, mudah menerima perubahan dan kemajuan, mempererat rasa kebersamaan. Keterbukaan sebagai warga negara diwujudkan dalam bentuk kebebasan berpendapat, berpartisipasi, mencari dan mendapatkan informasi, menerima dan menghargai  pendapaat orang lain.
3.      Keadilan bermakna sebagai suatu tindakan yang tidak berat sebelah, tidak sewenang-wenang, berpiak pada yang benar atau yang sepatutnya. Aristoteles membedakan keadilan menjadi keadilan komutatif, distributive, kodrat alam, dan konvensional. Thomas Hobbes menjelaskan adil sebagai tindakan atau perbuatan yang sesuai dengan perjanjian. Plato membedakan keadilan menjadi keadilan moral dan prosedural.
4.      Dalam kehidupan bernegara, hakikat keadilan terdapat dalam pancaila sila kedua dan kelima, Pembukaan UUD 1945 alinea 2 dan 4 . Jaminan keadilan bagi warga negara ditemukan dalam berbagai contoh peraturan perundang-undangan antara lain bidang hukum dan pemerintahan (Pasal27), politik ( Pasal 28), hak asasi manusia (pasal 28A-28 J), keagamaan (pasal 29), pertahanan negara (pasal 30), pendidikan dan kebudayaan (pasal 31 dan 32), Kesejahteraan sosial (pasal 33dan 34). Dalam perundang-undangan misalnya UU No 8 tahun 1981 tentang Kitab undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHP), UU No. 31 Tahun 2002 Tentang partai Politik,  UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan sebagainya.
5.      Asas penyelenggaraan pemerintahan yaitu asas kepastian hukum, tertib penyelenggaraan negara, kepentingan umum, keterbukaan, personalitas, profesionalitas, akuntabilitas. Sedangkan karakteristik kepemerintahan yang baik (good governance) menurut UNDP 1997 adalah partisipasi, aturan hukum, transparan, daya tanggap, berorientasi pada konsensus, berkeadilan, efektifitas dan efisiensi, akuntabilitas, bervisi strategis, dan kesalingterkaitan.

C.     PERTANYAAN/TUGAS
1.      Jelaskan ciri-ciri sesorang yang mempunyai sifat keterbukaan
2.      Bagaimana keterbukaan warga negara dapat diwujudkan
3.      Apakah yang dimaksud dengan keadilan
4.      Jelaskan akibat pemerintahan yang tidak terbuka
5.      Jelaskan asas-asas penyelenggaraan negara

D.    REFERENSI
1.      Budianto. 2008. Pendidikan  Kewarganegaraan SMA kelas 2.Jakarta: Erlangga
2.      Hikam, AS.2006, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani, Jakarta: Prenada Media
3. Suteng, Bambang, Saptono, Wasitohadi, dan Mawardi.2008. Pendidikan Kewarganegaraan SMA kelas 2. Jakarta: PT Erlangga

Penelitian Tindakan Kelas


PENELITIAN TINDAKAN KELAS
( PTK )
MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DENGAN METODE DISCOVERY REKREASI DENGAN METODE PEMBELAJARAN KTSP PADA SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 SIBORONGBORONGTAHUN PELAJARAN 2011/20012
Oleh:
SAIDI PERRI MARBUN
                                                   
A.    Latar Belakang Masalah
Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan. Perubahan-perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami kemajuan.
Sejalan dengan kemajuan tersebut, maka dewasa ini pendidikan di sekolah-sekolah telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan itu terjadi karena terdorong adanya pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun guru selalu ingin menemukan metode dan peralatan baru yang dapat memberikan semangat belajar bagi semua siswa. Bahkan secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa pembaharuan dalam sistem pendidi kan yang mencakup seluruh komponen yang ada. Pembangunan di bidang pendidikan barulah ada artinya apabila dalam pendidiakn dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan bangsa Indonesia yang sedang membangun.
Pada hakekatnya kegiatan beiajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar menganjar merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar penyampai materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran.
Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebeh efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.
Guru mengemban tugas yang berat untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia, manusia seutuhnya yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani, juga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta terhadap tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial. Sejalan dengan itu pendidikan nasional akan mampu mewujudkan manusia-manusia pembangunan dan membangun dirinya sendiri serta bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. (Depdikbud, 1999).
Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor di antaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksirnal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki cara/model mengajar yang baik dan mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan.
Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran salah satunya adalah dengan memilih strategi atau cara dalam menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh peningkatan prestasi belajar siswa khususnya pelajaran Pendidikan kewarganegaraan (PKn). Misalnya dengan mcmbimbing siswa untuk bersama-sama terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu membantu siswa berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya akan lebih menguatkan pemahaman siswa terhadap konsepkonsep yang diajarkan. Pemahaman ini memerlukan minat dan motivasi. Tanpa adanya minat menandakan bahwa siswa tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Untuk itu, guru harus memberikan suntikan dalam bentuk motivasi sehingga dengan bantuan itu anak didik dapat keluar dari kesulitan belajar. Sehingga nilai rata-rata mata pelajaran PKn yang diharapkan oleh guru adalah 90,00.
Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan, kegagalan dalam belajar rata-rata dihadapi oleh sejumlah siswa yang tidak memiliki dorongan belajar. Sehingga nilai rata-rata mata pelajaran PKn sangat rendah yaitu mencapai 65.00. Hal ini disebabkan karena guru dalam proses belajar mengajar hanya menggunakan metode ceramah, tanpa menggunakan media, dan materi pelajaran tidak disampaikan secara kronologis.
Untuk itu dibutuhkan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan upaya membangkitkan motivasi belajar siswa, misalnya dengan membimbing siswa untuk terlibat langsung dalam kegiatan yang melibatkan siswa serta guru yang berperan sebagai pembimbing untuk menemukan konsep Pembelajaran PKn.
Motivasi tidak hanya menjadikan siswa terlibat dalam kegiatan akademik, motivasi juga penting dalam menentukan seberapa jauh siswa akan belajar dari suatu kegiatan pembelajaran atau seberapa jauh menyerap informasi yang disajikan kepada mereka. Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan meyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik. Tugas penting guru adalah merencanakan bagaimana guru mendukung motivasi siswa (Nur, 2001 : 3). Untuk itu sebagai seorang guru disamping menguasai materi, juga diharapkan dapat menetapkan dan melaksanakan penyajian materi yang sesuai kemampuan dan kesiapan anak, sehingga menghasilkan penguasaan materi yang optimal bagi siswa.
Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis mencoba menerapkan salah satu metode pembelajaran, yaitu metode pembelajaran penemuan (discovery) untuk mengungkapkan apakah dengan model penemuan (discovery) dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar PKn. Penulis memilih metode pembelajaran ini mengkondisikan siswa untuk terbiasa menemukan, mencari, mendikusikan sesuatu yang berkaitan dengan pengajaran. (Siadari, 2001: 4). Dalam metode pembelajaran penemuan (discovery) siswa iebih aktif dalam memecahkan untuk menemukan sedang guru berperan sebagai pembimbing atau memberikan petunjuk cara memecahkan masalah itu.
Dari latar belakang tersebut di atas maka penulis dalam penelitian ini mengambil judul ” Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar PKn dengan Metode Pembelajaran Discovery Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Siborongborong Tahun Pelajaran 2011/2012“.



B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar helakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:
  1. Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran discovery terhadap motivasi belajar siswa mata pelajaran PKn SMA Negeri 1 Siborongborong Tahun Pelajaran 2011/2012
  2. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya pembelajaran discovery mata pelajaran PKn pada siswa kelas XI di SMA Siborongborong 04 di Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara Tahun pelajaran 2011/2012?
C.    Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
  1. Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran discovery mata pelajaran PKn pada siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Siborongborong Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara Tahun pelajaran 2011/2012.
  2. Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah  diterapkannya pembelajaran discovery mata pelajaran PKn pada siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Siborongborong  Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara Tahun Pelajaran 2011/2012.
D.    Manfaat Penelitian
Penulis mergharapkan dengan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi :
1.    Guru
Memberikan informasi tentang metode pembelajaran yang sesuai dengan materi PKn.
2.   Siswa
Meningkatkan motivasi dan prestasi pada mata pelajaran-pelajaran PKn
3.    Sekolah
Memberikan masukan bagi sekolah sebagai pedoman untuk mengambil kebijakan di sekolah tersebut.
E.    HipotesisTindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan adalah sebagai berikut:
  1. Penerapan pembelajaran disvovery dapat meningkatkan motivasi belajar mata pelajaran PKN pada siswa kelas XI di SMA Negeri 1Siborongborong  di Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara Tahun pelajaran 2011/2012.
  2. Penerapan pembelajaran discovery dapat meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran PKN pada siswa kelas XI di SMA Siborongborong 04 di Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara Tahun pelajaran 2011/2012
F.    Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
  1. Permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah masalah peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa.
  2. Penelitian tindakan kelas ini dikenakan pada siswa kelas XI
  3. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Negeri 1Siborongborong  Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara.
  4. Dalam penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2011/2012.
  5. Penelitian tindakan kelas ini dibatasi pada kompetensi dasar menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap.
G.    Definisi Operasional
Variabel Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut:
1.    Metode pembelajaran penemuan (discovery) adalah:
Suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri. Agar anak dapat belaiar sendiri

2.    Motivasi belajar adalah:

Suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah. lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
3.    Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran.
H.    Kajian Pustaka
a.    Metode Pembelajaran Penemuan (Discovery
Teknik penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund discovery adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Yang dimaksudkan dengan proses mental tersebut antara lain ialah: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan,  membuat kesimpulan dan sebainya. Suatu konsep misalnya: budaya politik, demokrasi,  dan sebagainya, sedang yang dimaksud dengan prisnsip antara lain ialah: budaya politik mempengaruhi kehidupan demokrasi. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri   atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi.
Dr. J. Richard dan asistennya mencoba self-learning siswa (belajar sendiri) itu, sehingga situasi belajar mengajar berpindah dari situasi teacher learning menjadi situasi student dominated learning. Dengan menggunakan discovery learning, ialah suatu cara meng~ajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri. Agar anak dapat belajar sendiri.
Penggunaan teknik discovery ini guru berusaha meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Maka teknik ini memiliki keuntungan sebagai berikut:
  • Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif/pengenalan siswa.
  • Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi individual sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut. Dapat membangkitkan kegairahan belajar mengajar para siswa.
  • Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengankernampuannya masing-masing.
  • Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat.
  • Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri.
Strategi itu berpusat pada siswa tidak pada guru. Guru hanya sebagai teman belajar saja, membantu bila diperlukan.
Walalupun demikian baiknya teknik ini toh masih ada pula kelemahan yang perlu diperhatikan ialah:
  • Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara belajar ini. Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik.
  • Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini akan kurang berhasil.
  • Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencaan dan pengajaran tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan teknik penemuan.
  • Dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini terlalu mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan perkembangan/pembentukan sikap dan keterampilan bagi siswa.
  • Teknik ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berpikir secara kreatif.
b    Motivasi Belajar
Motivasi adalah daya dalarn diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisme yang menyebabkan-kesiapan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu (Usman, 2000: 28).Sedangkan menurut Djamarah (2002: 114) motivasi adalah suatu pendorong yang rnengubah energi dalam diri seseorang kedalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nur (2001: 3) bahwa siswa yang termotivasi dalam belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik.
Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
Macam-macam Motivasi
Menurut jenisnya motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
1.    Motivasi Intrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar (Usman, 2000: 29).
Sedangkan menurut Djamarah (2002: 115), motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Menurut Winata (dalam Erriniati, 1994: ]05) ada beberapa strategi dalam mengaiar untuk membangun motivasi intrins.k. Strategi tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan siswa.
  2. Memberikan kebebasan dalam memperluas materi pelajaran sebatas yang pokok.
  3. Memberikan banyak waktu ekstra bagi siswa untuk mengerjakan tugas dan memanfaatkan surnber belajar di sekolah.
  4. Sesekali memberikan penghargaan pada siswa atas pekerjaannya.
  5. Meminta siswa untuk menjeiaskan hasil pekerjaannya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi instrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam individu yang berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar. Seseorang yang merniliki motivasi intrinsik dalam darinya maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya.
2.    Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya agar mendapat peringkat pertama di kelasnya (Usman, 2000: 29).
Sedangkan menurut Djamarah (2002: 117), motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.
Beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam menumbuhkan motivasi instrinsik antata lain:
  1. Kompetisi (persaingan): guru berusaha menciptakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya dan mengatasi prestasi orang lain.
  2. Pace Making (membuat tujuan sementara atu dekat): Pada awal kegiatan belajar mengajar guru, hendaknya terlebih dahulu menyampaikan kepada siswa TPK yang akan dicapai sehingga dengan demikian siswa berusaha untuk mencapai TPK tersebut.
  3. Tujuan yang jelas: Motif mendorong individu untuk mencapai tujuan. Makin jelas tujuan, makin besar ni]ai tujuan bagi individu yang bersangkutan dan makin besar pula motivasi dalam melakuakan sesuatu perbuatan.
  4. Kesempurnaan untuk sukses: Kesuksesan dapat menimbulkan rasa puas, kesenangan dan kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan kegagalan akan membawa efek yang sebaliknya. Dengan demikian, guru hendaknya banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk meraih sukses dengan usaha mandiri, tentu saja dengan bimbingan guru.
  5. Minat yang besar: Motif akan timbul jika individu memiliki minat yang besar.
  6. Mengadakan penilaian atau tes. Pada umumnya semua siswa mau belajar dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam kenyataan bawa banyak siswa yang tidak belajar bila tidak ada ulangan. Akan tetapi, bila guru mengatakan bahwa lusa akan diadakan ulangan lisan, barulah siswa giat belajar dengan menghafal agar ia mendapat nilai yang baik. Jadi, angka atau nilai itu merupakan motivasi yang kuat bagi siswa.
Dari uraian di atas diketahui bahwa motivsi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari luar individu yang berfungsinya karena adanya perangsang dari luar, misalnya adanya persaingan, untuk mencapai nilai yang tinggi, dan lain sebagainya.
c.    Prestasi Belajar PKn
Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah. Menurut Poerwodarminto (1991: 768), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai (dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran.
Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat diketahui dengan mengadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan untuk rnengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapat diartikan bahwa prestasi belajar PKn adalah nilai yang dipreoleh siswa setelah melibatkan secara langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses belajar mengajar PKn.
d.    Hubungan Motivasi dan Prestasi Belajar Terhadap Metode Pembelajaran Penemuan (Discovery)
Motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertetntu. Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik (Nur, 2001: 3). Sedangkan prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh pctensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar.
Sedangkan metode pembelajaran penemuan (discovery) adalah suatu metode pembelajaran yarg memberikan kesempatan dan menuntut siswa terlibat secara aktif di dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan menberikan informasi singkat (Siadari, 2001: 7). Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan (discovery) akan bertahan lama, mempunyai efek transfer yang lebih baik dan meningkatkan siswa dan kemampuan berfikir secara bebas. Secara umum belajar penemuan (discovery) ini melatih keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain. Selain itu, belajar penemuan membangkitkan keingintahuan siswa, memberi motivasi untuk bekerja sampai menemukan jawaban (Syafi’udin, 2002: 19).
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya motivasi dalam pembelajaran model penemuan (discovery) tersebut maka hasil-hasil belajar akan menjadi optimal. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Dengan motivasi yang tinggi maka intensitas usaha belajar siswa akan tinggi pula. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intesitas usaha belajar siswa. Hasil ini akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
I.    Metode Penelitian
a.    Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas(PTK) yang bersifat reflektif, partisPKntif, kolaboratif, dan spiral, bertujuan untuk melakukan perbaikan –perbaikan terhadap sistim, cara kerja, proses, isi, dan kompetensi atau situasi pembelajaran.  PTK yaitu suatu kegaitan menguji cobakan suatu id eke dalam  praktik atau situasi nyata dalam harapan kegiatan tersebut mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar ( Riyanto, 2001).
b.    Kehadiran Peneliti
Pada penelitian ini, peneliti sebagai guru dan merencanakan kegiatan berikut :
  1. Menyusun angket untuk pembelajaran dan menyusun rencana program pembelajaran
  2. Mengumpulkan data dengan cara mengamati kegiatan pembelajaran dan wawancara untuk mengetahui proses pembelajaran yangdilakukan oleh guru kelas
  3. Melaksanakan rencana program pembelajaran yang telah dibuat
  4. Melaporkan hasil penelitian
c.    Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Siborongborong Kecamatan Siboronborong, Kabupaten Tapanuli Utara
d.    Data dan sumber
  1. Data dalam penelitian ini adalah kemampuan berfikir siswa yang diperoleh dengan mengamati munculnya pertanyaan dan jawaban yang muncul selama diskusi berlangsung dan diklasifikasikan menjadi C1 – C 6. Data untuk hasil penelian diperoleh berdasarkan nilai ulangan harian (test).
  2. Sumber data penelitian adalah siswa kelas XI Sebagai obyek penelitian
e.    Prosedur pengumpulan data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik sebagai berikut :
1.    Wawancara
Wawancara awal dilakukan pada guru dan siswa untuk menentukan tindakan. Wawancara dilakukan untuk mengetahui kondisi awal siswa
2.    Angket
Angket merupakan data penunjang yang digunakan untuk mengumpulkan informasi terkait dengan respon  atau tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran kooperatif
3.    Observasi
Observasi dilaksanakan untuk memperoleh data kemampuan berpikir siswa yang terdiri dari beberapa deskriptor yang ada selama pembelajaran berlangsung. Observasi ini dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun. Obsevasi dilakukan oleh 3 orang observer.


4.    Test
Test dilaksanakan setiap akhir siklus, hal ini dimaksudkan untuk mengukur hasil yang diperoleh siswa setelah pemberian tindakan. Test tersebut berbentuk multiple choise agar banyak materi tercakup
5.    Catatan lapangan
Catatan lapangan digunakan sebagai pelengkap data penelitian sehingga diharapkan semua  data yang tidak termasuk dalam observasi dapat dikumpulkan pada penelitian ini
f.    Analisis data
1.    Kemampuan Berfikir
Kualitas pertanyaan dan jawaban siswa dianalisis dengan rubric. Kemudian untuk mengetahui peningkatan skor kemampuan berfikir, pertanyaan dan janwaban yang telah dinilai dengan rubric pada siklus I dibandingkan dengan pertanyaan dan jawaban yang telah dinilai dengan rubric pada siklus II.
Rumus untuk mencari skor klasikal kemampuan bertanya siswa
    X    4
Keterangan:
Skor riil   : skor total yang diperoleh siswa
Skor maksimal : Skor  total yang seharusnya diperoleh siswa

4                      : Skor maksimal dari tiap jawaban( pedoman penskoran lihat lampiran)
2.    Hasil Belajar
Hasil belajar pada aspek kognetif dari hasil test dianalisis dengan teknik analisis evaluasi untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa.

Caranya adalah dengan menganalisis hasil test formatif dengan menggunakan criteria ketuntasan belajar. Secam Aswirara individu, siswa dianggap telah belajar tuntas apabila daya serapnya mencapai 65 %, Secara kelompok dainggap tuntas jika telah belajar apabila mencapai 85 % dari jumlah siswa yang mencapai daya serap minimal 65 % (Dedikbud 2000 dalam Aswirda 2007)
g.    Tahap-tahap penelitian . Berdasarkan observasi awal yang dilakukan proses pembelajaran yang dilakukan adalah model pembelajaran kooperatif……… Penelitian ini akan dilaksanakan  dalam 2 siklus . Setiap siklus tediri dari perencanaan, tindakan, penerapan tindakan, observasi, refleksi.
Siklus I
1.    Perencanaan
Sebelum melaksanakan tindakan maka perlu tindakan persiapan. Kegiatan pada tahap ini adalah :
  • Penyusunan RPP dengan model pembelajaran yang direncanakan dalam PTK.
  • Penyusunan lembar masalah/lembar kerja siswa sesuai dengan indikator pembelajaran yang ingin dicapai
  • Membuat  soal test yang akan diadakan untuk mengetahui hasil pemebelajaran siswa.
  • Membentuk kelompok yang bersifat heterogen baik dari segi kemampuan akademis, jenis kelamin,maupun etnis.
  • Memberikan penjelasan pada siswa mengenai teknik pelaksanaan model pembelajaran yang akan dilaksanakan
2.    Pelaksanaan Tindakan
  • Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Dalam pelaksanaan penelitian guru menjadi fasilitator selama pembelajaran, siswa dibimbing untuk belajar PKn secara kooperatif learning dengan mode Jigsaw . Adapun langkah – langkah yang dilakukan adalah(sesuaikan dengan scenario pembelajaran)

  • Kegiatan penutup
Di akhir pelaksanaan pembelajaran pada tiap siklus, guru memberikan test secara tertulis untuk mengevalausi hasil belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
3.    Observasi
Pengamatan dilakukan selama proses proses pembelajaran berlangsung dan hendaknya pengamat melakukan kolaborasi dalam pelaksanaannya.
4.    Refleksi
Pada tahap ini dilakukan analisis data yang telah diperoleh. Hasil analisis data yang telah ada dipergunakan untuk melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil yang ingin dicapai.
Refleksi daimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah atau belum terjadi, apa yang dihasilkan,kenapa hal itu terjadi dan apa yang perlu dilakukan selanjutnya. Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya unttuk menghasilkan perbaikan pada siklus II
Siklus II
Kegiatan pada siklus dua pada dasarnya sama dengan pada siklus I  hanya saja perencanaan kegiatan mendasarkan pada hasil refleksi pada siklus I sehingga lebih mengarah pada perbaikan pada pelaksanaan siklus I.




DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka
Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta