PENELITIAN
TINDAKAN KELAS
( PTK )
( PTK )
MENINGKATKAN
MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DENGAN METODE DISCOVERY REKREASI DENGAN METODE
PEMBELAJARAN KTSP PADA SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 SIBORONGBORONGTAHUN
PELAJARAN 2011/20012
Oleh:
SAIDI
PERRI MARBUN
A. Latar Belakang
Masalah
Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami
banyak perubahan. Perubahan-perubahan itu terjadi karena telah dilakukan
berbagai usaha pembaharuan dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan
semakin mengalami kemajuan.
Sejalan dengan kemajuan tersebut, maka dewasa ini pendidikan di sekolah-sekolah telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan itu terjadi karena terdorong adanya pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun guru selalu ingin menemukan metode dan peralatan baru yang dapat memberikan semangat belajar bagi semua siswa. Bahkan secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa pembaharuan dalam sistem pendidi kan yang mencakup seluruh komponen yang ada. Pembangunan di bidang pendidikan barulah ada artinya apabila dalam pendidiakn dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan bangsa Indonesia yang sedang membangun.
Sejalan dengan kemajuan tersebut, maka dewasa ini pendidikan di sekolah-sekolah telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan itu terjadi karena terdorong adanya pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun guru selalu ingin menemukan metode dan peralatan baru yang dapat memberikan semangat belajar bagi semua siswa. Bahkan secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa pembaharuan dalam sistem pendidi kan yang mencakup seluruh komponen yang ada. Pembangunan di bidang pendidikan barulah ada artinya apabila dalam pendidiakn dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan bangsa Indonesia yang sedang membangun.
Pada hakekatnya kegiatan beiajar mengajar adalah suatu
proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan
pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar menganjar
merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar
penyampai materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai
sentral pembelajaran.
Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar
mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu
dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi
lebeh efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan
membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran
tersebut.
Guru mengemban tugas yang berat untuk tercapainya tujuan
pendidikan nasional yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia, manusia
seutuhnya yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi
pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung
jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani, juga harus
mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta terhadap tanah air, mempertebal
semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial. Sejalan dengan itu
pendidikan nasional akan mampu mewujudkan manusia-manusia pembangunan dan membangun
dirinya sendiri serta bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. (Depdikbud, 1999).
Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak
faktor di antaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar,
karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan
kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan
guna mencapai tujuan pendidikan secara maksirnal, peran guru sangat penting dan
diharapkan guru memiliki cara/model mengajar yang baik dan mampu memilih model
pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang
akan disampaikan.
Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan
mutu pendidikan dan pengajaran salah satunya adalah dengan memilih strategi
atau cara dalam menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh peningkatan
prestasi belajar siswa khususnya pelajaran Pendidikan kewarganegaraan (PKn).
Misalnya dengan mcmbimbing siswa untuk bersama-sama terlibat aktif dalam proses
pembelajaran dan mampu membantu siswa berkembang sesuai dengan taraf
intelektualnya akan lebih menguatkan pemahaman siswa terhadap konsepkonsep yang
diajarkan. Pemahaman ini memerlukan minat dan motivasi. Tanpa adanya minat
menandakan bahwa siswa tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Untuk itu, guru
harus memberikan suntikan dalam bentuk motivasi sehingga dengan bantuan itu
anak didik dapat keluar dari kesulitan belajar. Sehingga nilai rata-rata mata
pelajaran PKn yang diharapkan oleh guru adalah 90,00.
Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan, kegagalan dalam
belajar rata-rata dihadapi oleh sejumlah siswa yang tidak memiliki dorongan
belajar. Sehingga nilai rata-rata mata pelajaran PKn sangat rendah yaitu
mencapai 65.00. Hal ini disebabkan karena guru dalam proses belajar mengajar
hanya menggunakan metode ceramah, tanpa menggunakan media, dan materi pelajaran
tidak disampaikan secara kronologis.
Untuk itu dibutuhkan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan upaya membangkitkan motivasi belajar siswa, misalnya dengan membimbing siswa untuk terlibat langsung dalam kegiatan yang melibatkan siswa serta guru yang berperan sebagai pembimbing untuk menemukan konsep Pembelajaran PKn.
Untuk itu dibutuhkan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan upaya membangkitkan motivasi belajar siswa, misalnya dengan membimbing siswa untuk terlibat langsung dalam kegiatan yang melibatkan siswa serta guru yang berperan sebagai pembimbing untuk menemukan konsep Pembelajaran PKn.
Motivasi tidak hanya menjadikan siswa terlibat dalam
kegiatan akademik, motivasi juga penting dalam menentukan seberapa jauh siswa
akan belajar dari suatu kegiatan pembelajaran atau seberapa jauh menyerap
informasi yang disajikan kepada mereka. Siswa yang termotivasi untuk belajar
sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari
materi itu, sehingga siswa itu akan meyerap dan mengendapkan materi itu dengan
lebih baik. Tugas penting guru adalah merencanakan bagaimana guru mendukung
motivasi siswa (Nur, 2001 : 3). Untuk itu sebagai seorang guru disamping
menguasai materi, juga diharapkan dapat menetapkan dan melaksanakan penyajian
materi yang sesuai kemampuan dan kesiapan anak, sehingga menghasilkan
penguasaan materi yang optimal bagi siswa.
Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis mencoba
menerapkan salah satu metode pembelajaran, yaitu metode pembelajaran penemuan
(discovery) untuk mengungkapkan apakah dengan model penemuan (discovery) dapat meningkatkan motivasi belajar
dan prestasi belajar PKn. Penulis memilih metode pembelajaran ini
mengkondisikan siswa untuk terbiasa menemukan, mencari, mendikusikan sesuatu
yang berkaitan dengan pengajaran. (Siadari, 2001: 4). Dalam metode pembelajaran
penemuan (discovery) siswa iebih
aktif dalam memecahkan untuk menemukan sedang guru berperan sebagai pembimbing
atau memberikan petunjuk cara memecahkan masalah itu.
Dari latar belakang tersebut di atas maka penulis dalam penelitian ini mengambil judul ” Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar PKn dengan Metode Pembelajaran Discovery Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Siborongborong Tahun Pelajaran 2011/2012“.
Dari latar belakang tersebut di atas maka penulis dalam penelitian ini mengambil judul ” Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar PKn dengan Metode Pembelajaran Discovery Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Siborongborong Tahun Pelajaran 2011/2012“.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar helakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:
- Bagaimanakah
pengaruh metode pembelajaran discovery terhadap motivasi belajar siswa
mata pelajaran PKn SMA Negeri 1 Siborongborong Tahun Pelajaran 2011/2012
- Bagaimanakah
peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya pembelajaran
discovery mata pelajaran PKn pada siswa kelas XI di SMA Siborongborong 04
di Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara Tahun pelajaran 2011/2012?
C.
Tujuan Penelitian
Sesuai
dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
- Ingin
mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran
discovery mata pelajaran PKn pada siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Siborongborong
Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara Tahun pelajaran 2011/2012.
- Ingin
mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya
pembelajaran discovery mata
pelajaran PKn pada siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Siborongborong Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli
Utara Tahun Pelajaran 2011/2012.
D.
Manfaat Penelitian
Penulis
mergharapkan dengan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi :
1.
Guru
Memberikan
informasi tentang metode pembelajaran yang sesuai dengan materi PKn.
2. Siswa
Meningkatkan motivasi dan prestasi pada mata pelajaran-pelajaran PKn
Meningkatkan motivasi dan prestasi pada mata pelajaran-pelajaran PKn
3.
Sekolah
Memberikan
masukan bagi sekolah sebagai pedoman untuk mengambil kebijakan di sekolah
tersebut.
E.
HipotesisTindakan
Hipotesis
tindakan dalam penelitian tindakan adalah sebagai berikut:
- Penerapan
pembelajaran disvovery dapat meningkatkan motivasi belajar mata pelajaran PKN
pada siswa kelas XI di SMA Negeri 1Siborongborong di Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli
Utara Tahun pelajaran 2011/2012.
- Penerapan
pembelajaran discovery dapat meningkatkan prestasi belajar siswa mata
pelajaran PKN pada siswa kelas XI di SMA Siborongborong 04 di Kecamatan Siborongborong
Kabupaten Tapanuli Utara Tahun pelajaran 2011/2012
F.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang
lingkup dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
- Permasalahan
dalam penelitian tindakan kelas ini adalah masalah peningkatan motivasi
dan prestasi belajar siswa.
- Penelitian
tindakan kelas ini dikenakan pada siswa kelas XI
- Penelitian
tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Negeri 1Siborongborong Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli
Utara.
- Dalam
penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2011/2012.
- Penelitian
tindakan kelas ini dibatasi pada kompetensi dasar menyimpulkan hasil
penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap.
G.
Definisi Operasional
Variabel
Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu
didefinisikan hal-hal sebagai berikut:
1.
Metode pembelajaran penemuan (discovery)
adalah:
Suatu
cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar
pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri. Agar
anak dapat belaiar sendiri
2.
Motivasi belajar adalah:
Suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah. lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
3.
Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau
dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran.
H.
Kajian Pustaka
a.
Metode Pembelajaran Penemuan (Discovery
Teknik penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund discovery adalah proses mental dimana siswa
mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Yang dimaksudkan dengan
proses mental tersebut antara lain ialah: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan,
membuat dugaan, menjelaskan, membuat
kesimpulan dan sebainya. Suatu konsep misalnya: budaya politik, demokrasi, dan sebagainya, sedang yang dimaksud dengan
prisnsip antara lain ialah: budaya politik mempengaruhi kehidupan demokrasi. Dalam
teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses
mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi.
Dr. J. Richard dan asistennya mencoba self-learning siswa (belajar sendiri) itu, sehingga situasi belajar mengajar berpindah dari situasi teacher learning menjadi situasi student dominated learning. Dengan menggunakan discovery learning, ialah suatu cara meng~ajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri. Agar anak dapat belajar sendiri.
Penggunaan teknik discovery ini guru berusaha meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Maka teknik ini memiliki keuntungan sebagai berikut:
Dr. J. Richard dan asistennya mencoba self-learning siswa (belajar sendiri) itu, sehingga situasi belajar mengajar berpindah dari situasi teacher learning menjadi situasi student dominated learning. Dengan menggunakan discovery learning, ialah suatu cara meng~ajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri. Agar anak dapat belajar sendiri.
Penggunaan teknik discovery ini guru berusaha meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Maka teknik ini memiliki keuntungan sebagai berikut:
- Teknik
ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta
penguasaan keterampilan dalam proses kognitif/pengenalan siswa.
- Siswa
memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi individual sehingga
dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut. Dapat
membangkitkan kegairahan belajar mengajar para siswa.
- Teknik
ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju
sesuai dengankernampuannya masing-masing.
- Mampu
mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat
untuk belajar lebih giat.
- Membantu
siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan
proses penemuan sendiri.
Strategi
itu berpusat pada siswa tidak pada guru. Guru hanya sebagai teman belajar saja,
membantu bila diperlukan.
Walalupun
demikian baiknya teknik ini toh masih ada pula kelemahan yang perlu
diperhatikan ialah:
- Pada
siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara belajar ini.
Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya
dengan baik.
- Bila
kelas terlalu besar penggunaan teknik ini akan kurang berhasil.
- Bagi
guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencaan dan pengajaran
tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan teknik
penemuan.
- Dengan
teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini ada yang
berpendapat bahwa proses mental ini terlalu mementingkan proses pengertian
saja, kurang memperhatikan perkembangan/pembentukan sikap dan keterampilan
bagi siswa.
- Teknik
ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berpikir secara kreatif.
b
Motivasi Belajar
Motivasi adalah daya dalarn diri seseorang yang mendorongnya
untuk melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisme yang
menyebabkan-kesiapan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau
perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif
menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai
tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah
lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu (Usman, 2000: 28).Sedangkan
menurut Djamarah (2002: 114) motivasi adalah suatu pendorong yang rnengubah
energi dalam diri seseorang kedalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai
tujuan tertentu.
Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab
seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin
melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nur
(2001: 3) bahwa siswa yang termotivasi dalam belajar sesuatu akan menggunakan
proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa
itu akan menyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik.
Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
Macam-macam
Motivasi
Menurut
jenisnya motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
1.
Motivasi Intrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam
individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain
sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau
belajar (Usman, 2000: 29).
Sedangkan menurut Djamarah (2002: 115), motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Sedangkan menurut Djamarah (2002: 115), motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Menurut Winata (dalam Erriniati, 1994: ]05) ada beberapa
strategi dalam mengaiar untuk membangun motivasi intrins.k. Strategi tersebut
adalah sebagai berikut:
- Mengaitkan
tujuan belajar dengan tujuan siswa.
- Memberikan
kebebasan dalam memperluas materi pelajaran sebatas yang pokok.
- Memberikan
banyak waktu ekstra bagi siswa untuk mengerjakan tugas dan memanfaatkan
surnber belajar di sekolah.
- Sesekali
memberikan penghargaan pada siswa atas pekerjaannya.
- Meminta
siswa untuk menjeiaskan hasil pekerjaannya.
Dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi instrinsik adalah motivasi yang
timbul dari dalam individu yang berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar.
Seseorang yang merniliki motivasi intrinsik dalam darinya maka secara sadar
akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya.
2.
Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar
individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain
sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau
belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya
agar mendapat peringkat pertama di kelasnya (Usman, 2000: 29).
Sedangkan menurut Djamarah (2002: 117), motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.
Sedangkan menurut Djamarah (2002: 117), motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.
Beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam
menumbuhkan motivasi instrinsik antata lain:
- Kompetisi
(persaingan): guru berusaha menciptakan persaingan di antara siswanya
untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil
prestasi yang telah dicapai sebelumnya dan mengatasi prestasi orang lain.
- Pace
Making (membuat tujuan sementara atu dekat): Pada awal kegiatan belajar
mengajar guru, hendaknya terlebih dahulu menyampaikan kepada siswa TPK
yang akan dicapai sehingga dengan demikian siswa berusaha untuk mencapai
TPK tersebut.
- Tujuan
yang jelas: Motif mendorong individu untuk mencapai tujuan. Makin jelas
tujuan, makin besar ni]ai tujuan bagi individu yang bersangkutan dan makin
besar pula motivasi dalam melakuakan sesuatu perbuatan.
- Kesempurnaan
untuk sukses: Kesuksesan dapat menimbulkan rasa puas, kesenangan dan
kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan kegagalan akan membawa efek
yang sebaliknya. Dengan demikian, guru hendaknya banyak memberikan
kesempatan kepada anak untuk meraih sukses dengan usaha mandiri, tentu
saja dengan bimbingan guru.
- Minat
yang besar: Motif akan timbul jika individu memiliki minat yang besar.
- Mengadakan
penilaian atau tes. Pada umumnya semua siswa mau belajar dengan tujuan
memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam kenyataan bawa banyak
siswa yang tidak belajar bila tidak ada ulangan. Akan tetapi, bila guru
mengatakan bahwa lusa akan diadakan ulangan lisan, barulah siswa giat
belajar dengan menghafal agar ia mendapat nilai yang baik. Jadi, angka
atau nilai itu merupakan motivasi yang kuat bagi siswa.
Dari
uraian di atas diketahui bahwa motivsi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul
dari luar individu yang berfungsinya karena adanya perangsang dari luar,
misalnya adanya persaingan, untuk mencapai nilai yang tinggi, dan lain
sebagainya.
c.
Prestasi Belajar PKn
Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang
belajar. Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik
menjadi lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang dituju
pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah. Menurut
Poerwodarminto (1991: 768), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai
(dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil
pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian
kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran.
Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa prestasi
belajar yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang
dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil
belajar tersebut dapat diketahui dengan mengadakan penilaian tes hasil belajar.
Penilaian diadakan untuk rnengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti
pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh
mana keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapat diartikan bahwa prestasi belajar PKn adalah nilai yang dipreoleh siswa setelah melibatkan secara langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses belajar mengajar PKn.
Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapat diartikan bahwa prestasi belajar PKn adalah nilai yang dipreoleh siswa setelah melibatkan secara langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses belajar mengajar PKn.
d.
Hubungan Motivasi dan Prestasi Belajar Terhadap Metode Pembelajaran Penemuan (Discovery)
Motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk
berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertetntu. Siswa yang termotivasi untuk
belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam
mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan
materi itu dengan lebih baik (Nur, 2001: 3). Sedangkan prestasi belajar adalah
hasil yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh pctensi yang
dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar.
Sedangkan metode pembelajaran penemuan (discovery) adalah suatu metode pembelajaran yarg memberikan kesempatan dan menuntut siswa terlibat secara aktif di dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan menberikan informasi singkat (Siadari, 2001: 7). Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan (discovery) akan bertahan lama, mempunyai efek transfer yang lebih baik dan meningkatkan siswa dan kemampuan berfikir secara bebas. Secara umum belajar penemuan (discovery) ini melatih keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain. Selain itu, belajar penemuan membangkitkan keingintahuan siswa, memberi motivasi untuk bekerja sampai menemukan jawaban (Syafi’udin, 2002: 19).
Sedangkan metode pembelajaran penemuan (discovery) adalah suatu metode pembelajaran yarg memberikan kesempatan dan menuntut siswa terlibat secara aktif di dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan menberikan informasi singkat (Siadari, 2001: 7). Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan (discovery) akan bertahan lama, mempunyai efek transfer yang lebih baik dan meningkatkan siswa dan kemampuan berfikir secara bebas. Secara umum belajar penemuan (discovery) ini melatih keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain. Selain itu, belajar penemuan membangkitkan keingintahuan siswa, memberi motivasi untuk bekerja sampai menemukan jawaban (Syafi’udin, 2002: 19).
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dengan
adanya motivasi dalam pembelajaran model penemuan (discovery) tersebut maka
hasil-hasil belajar akan menjadi optimal. Makin tepat motivasi yang diberikan,
akan makin berhasil pula pelajaran itu. Dengan motivasi yang tinggi maka
intensitas usaha belajar siswa akan tinggi pula. Jadi motivasi akan senantiasa
menentukan intesitas usaha belajar siswa. Hasil ini akan dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa.
I.
Metode Penelitian
a.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas(PTK)
yang bersifat reflektif, partisPKntif, kolaboratif, dan spiral, bertujuan untuk
melakukan perbaikan –perbaikan terhadap sistim, cara kerja, proses, isi, dan
kompetensi atau situasi pembelajaran. PTK yaitu suatu kegaitan menguji
cobakan suatu id eke dalam praktik atau situasi nyata dalam harapan
kegiatan tersebut mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar
mengajar ( Riyanto, 2001).
b.
Kehadiran Peneliti
Pada
penelitian ini, peneliti sebagai guru dan merencanakan kegiatan berikut :
- Menyusun
angket untuk pembelajaran dan menyusun rencana program pembelajaran
- Mengumpulkan
data dengan cara mengamati kegiatan pembelajaran dan wawancara untuk
mengetahui proses pembelajaran yangdilakukan oleh guru kelas
- Melaksanakan
rencana program pembelajaran yang telah dibuat
- Melaporkan
hasil penelitian
c.
Lokasi Penelitian
Penelitian
dilaksanakan di SMA Negeri 1 Siborongborong Kecamatan Siboronborong, Kabupaten
Tapanuli Utara
d.
Data dan sumber
- Data
dalam penelitian ini adalah kemampuan berfikir siswa yang diperoleh dengan
mengamati munculnya pertanyaan dan jawaban yang muncul selama diskusi
berlangsung dan diklasifikasikan menjadi C1 – C 6. Data untuk hasil
penelian diperoleh berdasarkan nilai ulangan harian (test).
- Sumber
data penelitian adalah siswa kelas XI Sebagai obyek penelitian
e.
Prosedur pengumpulan data
Pengumpulan data pada penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan teknik sebagai berikut :
1.
Wawancara
Wawancara
awal dilakukan pada guru dan siswa untuk menentukan tindakan. Wawancara
dilakukan untuk mengetahui kondisi awal siswa
2.
Angket
Angket
merupakan data penunjang yang digunakan untuk mengumpulkan informasi terkait
dengan respon atau tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran
kooperatif
3.
Observasi
Observasi
dilaksanakan untuk memperoleh data kemampuan berpikir siswa yang terdiri dari
beberapa deskriptor yang ada selama pembelajaran berlangsung. Observasi ini
dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun. Obsevasi
dilakukan oleh 3 orang observer.
4.
Test
Test
dilaksanakan setiap akhir siklus, hal ini dimaksudkan untuk mengukur hasil yang
diperoleh siswa setelah pemberian tindakan. Test tersebut berbentuk multiple
choise agar banyak materi tercakup
5.
Catatan lapangan
Catatan
lapangan digunakan sebagai pelengkap data penelitian sehingga diharapkan
semua data yang tidak termasuk dalam observasi dapat dikumpulkan pada
penelitian ini
f.
Analisis data
1.
Kemampuan Berfikir
Kualitas
pertanyaan dan jawaban siswa dianalisis dengan rubric. Kemudian untuk
mengetahui peningkatan skor kemampuan berfikir, pertanyaan dan janwaban yang
telah dinilai dengan rubric pada siklus I dibandingkan dengan pertanyaan dan
jawaban yang telah dinilai dengan rubric pada siklus II.
Rumus
untuk mencari skor klasikal kemampuan bertanya siswa

Keterangan:
Skor riil : skor total yang diperoleh siswa
Skor riil : skor total yang diperoleh siswa
Skor
maksimal : Skor total yang seharusnya diperoleh siswa
4 : Skor maksimal dari tiap jawaban( pedoman penskoran lihat lampiran)
2.
Hasil Belajar
Hasil
belajar pada aspek kognetif dari hasil test dianalisis dengan teknik analisis
evaluasi untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa.
Caranya adalah dengan menganalisis hasil test formatif dengan menggunakan criteria ketuntasan belajar. Secam Aswirara individu, siswa dianggap telah belajar tuntas apabila daya serapnya mencapai 65 %, Secara kelompok dainggap tuntas jika telah belajar apabila mencapai 85 % dari jumlah siswa yang mencapai daya serap minimal 65 % (Dedikbud 2000 dalam Aswirda 2007)
g.
Tahap-tahap penelitian . Berdasarkan observasi awal yang dilakukan proses
pembelajaran yang dilakukan adalah model pembelajaran kooperatif……… Penelitian
ini akan dilaksanakan dalam 2 siklus . Setiap siklus tediri dari
perencanaan, tindakan, penerapan tindakan, observasi, refleksi.
Siklus
I
1.
Perencanaan
Sebelum
melaksanakan tindakan maka perlu tindakan persiapan. Kegiatan pada tahap ini
adalah :
- Penyusunan
RPP dengan model pembelajaran yang direncanakan dalam PTK.
- Penyusunan
lembar masalah/lembar kerja siswa sesuai dengan indikator pembelajaran
yang ingin dicapai
- Membuat
soal test yang akan diadakan untuk mengetahui hasil pemebelajaran siswa.
- Membentuk
kelompok yang bersifat heterogen baik dari segi kemampuan akademis, jenis
kelamin,maupun etnis.
- Memberikan
penjelasan pada siswa mengenai teknik pelaksanaan model pembelajaran yang
akan dilaksanakan
2.
Pelaksanaan Tindakan
- Melaksanakan
kegiatan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Dalam
pelaksanaan penelitian guru menjadi fasilitator selama pembelajaran, siswa
dibimbing untuk belajar PKn secara kooperatif learning dengan mode Jigsaw
. Adapun langkah – langkah yang dilakukan adalah(sesuaikan dengan scenario
pembelajaran)
- Kegiatan
penutup
Di
akhir pelaksanaan pembelajaran pada tiap siklus, guru memberikan test secara
tertulis untuk mengevalausi hasil belajar siswa selama proses pembelajaran
berlangsung.
3.
Observasi
Pengamatan
dilakukan selama proses proses pembelajaran berlangsung dan hendaknya pengamat
melakukan kolaborasi dalam pelaksanaannya.
4.
Refleksi
Pada tahap ini dilakukan analisis data yang telah diperoleh.
Hasil analisis data yang telah ada dipergunakan untuk melakukan evaluasi
terhadap proses dan hasil yang ingin dicapai.
Refleksi daimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah atau belum terjadi, apa yang dihasilkan,kenapa hal itu terjadi dan apa yang perlu dilakukan selanjutnya. Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya unttuk menghasilkan perbaikan pada siklus II
Refleksi daimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah atau belum terjadi, apa yang dihasilkan,kenapa hal itu terjadi dan apa yang perlu dilakukan selanjutnya. Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya unttuk menghasilkan perbaikan pada siklus II
Siklus
II
Kegiatan pada siklus dua pada dasarnya sama dengan pada
siklus I hanya saja perencanaan kegiatan mendasarkan pada hasil refleksi
pada siklus I sehingga lebih mengarah pada perbaikan pada pelaksanaan siklus I.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka
Jakarta: Balai Pustaka
Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Rineka Cipta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar